Cerita Kabar – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyampaikan bahwa riset dan pengembangan teknologi (R&D) menjadi faktor penting dalam menciptakan nilai tambah yang optimal melalui adopsi teknologi digital oleh korporasi-korporasi di Indonesia. Nezar menekankan bahwa untuk memaksimalkan potensi teknologi digital, perusahaan-perusahaan perlu mengembangkan dan memperkuat sektor R&D mereka.
Menurut Nezar, salah satu langkah yang dapat memperkuat R&D teknologi di dalam korporasi adalah dengan mengeksplorasi hilirisasi digital. Hilirisasi digital ini berfokus pada pemanfaatan infrastruktur konektivitas yang sudah dibangun oleh pemerintah. Infrastruktur ini dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mempercepat transformasi digital mereka dan menciptakan inovasi-inovasi baru yang memiliki nilai tambah.
“Hilirisasi digital bukan hanya soal adopsi teknologi, tetapi yang lebih penting adalah mendorong R&D-nya untuk bisa melakukan inovasi yang menghasilkan penciptaan nilai,” ujar Nezar. Hal ini berarti bahwa korporasi harus tidak hanya sekadar menggunakan teknologi yang ada, tetapi juga berperan aktif dalam mengembangkan dan menciptakan teknologi baru yang dapat memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi negara.
Di Indonesia, hilirisasi digital menjadi salah satu strategi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital, diharapkan akan tercipta dampak ekonomi yang signifikan. Nezar menyatakan bahwa melalui digitalisasi, perusahaan-perusahaan dapat berkontribusi pada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yang sangat dibutuhkan untuk mengejar target Indonesia Emas 2045. Di mana Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8 persen.
“Untuk mencapai 8 persen pertumbuhan ekonomi, kita harus mendorong pertumbuhan dari berbagai sektor, termasuk hilirisasi digital. Saya yakin hal ini akan memberikan kontribusi yang signifikan,” kata Nezar. Dalam hal ini, digitalisasi tidak hanya memberikan manfaat bagi korporasi, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.
Nezar memberikan contoh konkret mengenai hilirisasi digital yang berkembang pesat secara global, salah satunya adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). AI kini banyak diadopsi oleh industri di seluruh dunia, menghasilkan peluang-peluang baru yang pada gilirannya menciptakan lapangan pekerjaan baru. Nezar berharap Indonesia dapat mengikuti jejak ini, di mana teknologi seperti AI dapat diadopsi untuk mendongkrak daya saing industri dalam negeri, agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri.
Namun, selain fokus pada pengembangan teknologi dan inovasi, Nezar juga menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan pola pikir digital. Indonesia membutuhkan talenta digital yang mumpuni agar dapat mengelola dan memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari digitalisasi benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat dan perekonomian Indonesia.
“Inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama, bagaimana ekosistem industri teknologi digital di Indonesia, bersama dengan kolaborasi internasional, dapat memberikan nilai tambah. Kita harus memperkuat infrastruktur, mendorong adopsi teknologi, dan yang tidak kalah penting adalah mengembangkan talenta digital di Indonesia,” tutup Nezar.
Pentingnya R&D dan hilirisasi digital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta pembangunan SDM berbasis digital menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memanfaatkan teknologi sebagai pendorong kemajuan. Hal ini, tentu saja, memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan.